Rabu, 08 Juni 2016

Tere Liye - PULANG

Judul buku : Pulang Penulis : Tere Liye Editor : Triana Rahmawati Penerbit : Republika Penerbit Tebal buku : iv + 400 hal. ; 13.5 x 20.5 cm Kota terbit : Jakarta Tahun terbit : November 2015 cetakan VIII

Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/nindalotus/resensi-novel-pulang-karya-tere-liye_5676046bb57a61760e82ac53
Judul Novel : PULANG
Penulis : Tere Liye
Penerbit : REPUBLIKA Penerbit
Tahun Terbit : 2015
Tebal : 400 halaman
 
Mula-mula, secara garis besar, Novel dari penulis fenomenal yang satu ini bercerita tentang perjalanan hidup seorang anak lelaki, bernama panggilan Bujang. Sejak berumur lima belas tahun, di sebuah hutan pedalaman Sumatera, rasa takutnya direnggut oleh seekor monster yang matanya merah ketika terkena cahaya petir.
Dari pengalaman di rimba itu, akhirnya ia dibawa oleh Tauke Muda (seorang bos) dari kota, yang berteman dekat dengan Ayahnya. Awalnya, Midah (Ibu dari Bujang) tak mau merelakan anak semata wayangnya itu dibawa oleh Tauke, namun sang ayah bersikeras menyuruh Bujang pergi bersama rombongan tersebut, dengan dalih: Agar anaknya dapat melihat dunia luar, dan dapat bersekolah.
Namun, Seiring berjalannya waktu, alasan keras sang ayah menyuruh ia ikut dengan Tauke Muda akhirnya diketahui oleh Bujang. Bukan alasan yang tercantum di ataslah yang pada hakikatnya diniatkan oleh Samad (ayah dari bujang). Dulunya, Samad adalah tangan kanan oleh ayah dari Tauke Muda yang menjalankan bisnis Shadow Economy dibalik naungan keluarga Tong.
Akan tetapi Samad mengundurkan diri karena alasan yang tak pasti. Dan, alasan tersebutpun diketahui Bujang saat Kopong (Teman dekat Samad sekaligus Kepala dari Tukang Pukul keluarga Tong) menceritakan semua tentang ayahnya ketika ia terbaring sakit.
Pada akhirnya, Bujang mewarisi keahlian dari ayah dan kakeknya, menjadi jagal yang mampu membuat orang-orang hingga calon presiden pun gemetar. Dan, ia juga ikut serta menjalankan bisnis dunia hitamnya keluarga Tong. 
Dengan bertambahnya usia dan pengalaman, Bujang belakangan naik tingkat menjadi orang nomor satu keluarga Tong, serta menjadi anak kesayangan dari Tauke yang semakin hari semakin memprihatinkan kesehatannya.
Karena tak ada lagi yang pantas menerima mahkota, ia pun diserahi kekuasaan oleh Tauke agar menggantikannya memimpin keluarga Tong, yang walaupun ia menolak otoritas itu.
Seperti biasa, penulis amat mahir mengahadirkan hal-hal yang tak terduga menjelang akhir-akhir halaman novel ini. Dari kudeta, atau pengkhianatan yang dilakukan oleh orang yang tak disangka sebelumnya, hingga menemukan tokoh utama dengan seseorang yang akan menceritakan asal-usul, dan desas-desus keluarga kecinya itu. Dari sanalah, akhirnya Bujang mengerti akan sebuah hakikat dari kata PULANG.
Judul buku : Pulang Penulis : Tere Liye Editor : Triana Rahmawati Penerbit : Republika Penerbit Tebal buku : iv + 400 hal. ; 13.5 x 20.5 cm Kota terbit : Jakarta Tahun terbit : November 2015 cetakan VIII “Aku tahu sekarang, lebih banyak luka di hati bapakku dibandingkan di tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis di hati mamak dibanding di matanya.” Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit. *** Pulang. Satu kata yang biasa diartikan kembali pada tempat teakhir setelah merasa lelah, butuh tempat istirahat dan penenang jiwa setelah semua urusan telah selesai. Pulang juga biasa diartikan kembalinya diri pada tempat perlindungan yang lebih ketika diri mulai merasa tidak aman, butuh bantuan dan tempat istirahat yang nyaman. Sama halnya dengan novel terbaru Tere Liye tahun ini, kembali pada tempat terakhir setelah merasa lelah, butuh tempat istirahat dan penenang jiwa setelah semua urusan telah selesai. Namun, kali ini bukanlah pulang dengan perjalanan seperti pada umumnya. Sebab pulang kali ini adalah petualangan yang sangat berkesan melewati pertarungan demi pertarungan, melalui kejutan demi kejutan. Namanya Bujang, bocah berusia lima belas tahun yang sama dengan bocah-bocah seusianya. Lahir dan besar di kampung pedalaman Sumatra, atas didikkan keras dan lembut bapak-mamaknya. Bapaknya bernama Samad, seorang mantan jagal tersohor yang meninggalkan masa lalu hitamnya. Mamaknya sendiri bernama Midah, seorang keturunan pemuka agama. Bujang sama dengan bocah-bocah di kampungnya, senang bermain di hutan, berjahil dan selalu ingin tahu pembicaraan orang dewasai. Dididik membaca, berhitung, mengaji, azan dan sholat juga lain sebagainya. Namun satu hal yang membuat Bujang amat berbeda dengan bocah-bocah seusianya. Bujang tidak takut. Jika setiap manusia memiliki lima emosi, yaitu bahagia, sedih, takut, jijik, dan kemarahan. Bujang hanya memiliki empat emosi, Bujang tidak punya rasa takut.

Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/nindalotus/resensi-novel-pulang-karya-tere-liye_5676046bb57a61760e82ac53
Judul buku : Pulang Penulis : Tere Liye Editor : Triana Rahmawati Penerbit : Republika Penerbit Tebal buku : iv + 400 hal. ; 13.5 x 20.5 cm Kota terbit : Jakarta Tahun terbit : November 2015 cetakan VIII

Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/nindalotus/resensi-novel-pulang-karya-tere-liye_5676046bb57a61760e82ac53

5 CM

Judul Buku : 5 CM
Penulis : Donny Dhirgantoro
Penerbit : PT.Grasindo
Tahun terbit : November 2007
Tebal Buku : 381 halaman
 Buku 5cm ini menceritakan tentang persahabatan lima orang anak manusia yang bernama Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta. Dimana mereka memiliki obsesi dan impian masing-masing. Arial adalah sosok yang paling ganteng diantara mereka, berbadan tinggi besar. Arial selalu tampak rapi dan sporty. Riani adalah sosok wanita berkacamata, cantik, dan cerdas. Ia mempunyai cita-cita bekerja di salah satu stasiun TV. Zafran seorang picisan yang berbadan kurus, anak band, orang yang apa adanya dan kocak. Ian memiliki postur tubuh yang tidak ideal, penggila bola, dan penggemar Happy Salma. Yang terakhir adalah Genta. Genta selalu dianggap sebagai “the leader” oleh teman-temannya, berbadan agak besar dengan rambut agak lurus berjambul, berkacamata, aktivis kampus, dan teman yang easy going.
Lima sahabat ini telah menjalin persahabatan selama tujuh tahun. Suatu ketika mereka jenuh akan aktivitas yang selalu mereka lakukan bersama. Terbesit ide untuk tidak saling berkomunikasi dan bertemu satu sama lain selama tiga bulan. Ide tersebut pun disepakati. Selama tiga bulan berpisah itulah terjadi banyak hal yang membuat hati mereka lebih kaya dari sebelumnya. Pertemuan setelah tiga bulan yang penuh dengan rasa kangen akhirnya terjadi dan dirayakan dengan sebuah perjalanan. Dalam perjalanan tersebut mereka menemukan arti manusia sesungguhnya.
Perubahannya itu mulai dari pendidikan, karir, idealisme, dan tentunya love life. Semuanya terkuak dalam sebuah perjalanan ‘reuni’ mereka mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa, Mahameru. Dan di sanalah cerita bergulir, bukan hanya seonggok daging yang dapat berbicara, berjalan, dan punya nama. Mereka pun pada akhirnya dapat menggapai cita-cita yang mereka impikan sejak dulu.
Setengah dari buku 5 cm. bercerita tentang keseharian lima sahabat ini, dari sifat-sifat mereka yang berbeda satu dengan yang lain sampai dengan perilaku dan aktifitas mereka yang penuh canda tawa, diselingi cerita tentang permasalahan antar-sahabat. Setengahnya lagi, buku ini menuliskan petualangan kelima sahabat dalam mendaki gunung Semeru.


Ayah - Andrea Hirata

Judul Ayah: Sebuah Novel  
No. ISBN 9786022911029 
Penulis Andrea Hirata 
Penerbit Bentang Pustaka 
Tanggal terbit Mei - 2015 
Jumlah Halaman 432 
Berat Buku 500 gr
Jenis Cover Soft Cover 
Dimensi(L x P) -
Kategori Drama 

Novel ini menceritakan tentang kasih sayang dan cinta antara ayah dan anak. Zorro ( si anak) bukanlah anak kandung dari pak Sabari ( ayahnya), tapi walaupun seperti itu dia sangat menyayangi Zorro. Pada suatu ketika Ayah dan Anak tersebut terpisah ketika Zorro masih sangat kecil. Sang Ayah Sabari pada saat itu amat sangat kacau dan hampir gila karena kehilangan Zorro. Sang ayah telah menunggu selama 8 tahun untuk memberikan seluruh kasih sayang nya kepada Zorro, meninabobokannya, bermain dan lainnya. Bahkan Sabari mau melakukan apapun asalkan anaknya kembali.

Selasa, 07 Juni 2016

Intelegensi Embun Pagi

   Judul: Inteligensi Embun Pagi
   Penulis: Dewi Lestari
   Penerbit: Bentang Pustaka
   Tahun terbit: 2016
   Jumlah halaman: 698

Setelah mendapat petunjuk dari upacara Ayahuasca di Lembah Suci Urubamba, Gio berangkat ke Indonesia. Di Jakarta, dia menemui Dimas dan Reuben. Bersama, mereka berusaha menelusuri identitas orang di balik Supernova.

Di Bandung, pertemuan Bodhi dan Elektra mulai memicu ingatan mereka berdua tentang tempat bernama Asko. Sedangkan Zarah, yang pulang ke desa Batu Luhur setelah sekian lama melanglangbuana, kembali berhadapan dengan misteri hilangnya Firas, ayahnya.

Sementara itu, dalam perjalanan pesawat dari New York menuju Jakarta, teman seperjalanan Alfa yang bernama Kell mengungkapkan sesuatu yang tidak terduga. Dari berbagai lokasi yang berbeda, keterhubungan antara mereka perlahan terkuak. Identitas dan misi mereka akhirnya semakin jelas.

Hidup mereka takkan pernah sama lagi.

Sabtu Bersama Bapak



Judul Sabtu Bersama Bapak (P)  
No. ISBN 9789797807214 
Penulis Adhitya Mulya 
Penerbit GagasMedia 
Tanggal terbit Juni - 2014 
Jumlah Halaman 278 
 

“Hai, Satya! Hai, Cakra!” Sang Bapak melambaikan tangan.
“Ini Bapak.
Iya, benar kok, ini Bapak.
Bapak cuma pindah ke tempat lain. Gak sakit. Alhamdulillah, berkat doa Satya dan Cakra
.

****

Mungkin Bapak tidak dapat duduk dan bermain di samping kalian.
Tapi, Bapak tetap ingin kalian tumbuh dengan Bapak di samping kalian.
Ingin tetap dapat bercerita kepada kalian.
Ingin tetap dapat mengajarkan kalian.
Bapak sudah siapkan.

Ketika punya pertanyaan, kalian tidak pernah perlu bingung ke mana harus mencari jawaban.

I don’t let death take these, away from us.
I don’t give death, a chance.


Bapak ada di sini. Di samping kalian.
Bapak sayang kalian.”


****

Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pemuda yang belajar mencari cinta. Tentang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tentang seorang ibu yang membesarkan mereka dengan penuh kasih. Dan…, tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji selalu ada bersama mereka.

Tidak Ada New York Hari Ini

Judul: Tidak Ada New York Hari Ini
Pengarang: M. Aan Mansyur
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2016
Tebal: 120 halaman
“...
Meriang. Meriang. Aku Meriang.
Kau yang panas di kening. Kau yang dingin di kenang.
...” – Tidak Ada New York Hari Ini
Dunia perbukuan heboh bersamaan dengan meledaknya Ada Apa Dengan Cinta? 2. Tidak Ada New York Hari Ini laris manis di pasaran. Baik itu oleh mereka yang memang penggemar tulisan Aan Mansyur, efek habis menonton filmnya, atau sekadar penasaran dengan hype. Saya pun ikut tertarik sejak linimasa Twitter dan Instagram bertebaran tentang buku ini.
Saya punya hubungan yang cukup unik dengan buku puisi. Kalian nyadar nggak kalau urusan perbukuan ini agak mirip dengan urusan busana? Ada buku yang genrenya memang zona nyamanmu (kalau dalam busana bisa dianalogikan seperti kaos bulukan, sendal jepit, daster). Ada pula jenis buku yang ketertarikanmu terhadapnya hanya karena banyak orang yang bilang buku tersebut keren. Dan kadar kekerenanmu meningkat jika kamu juga membacanya. Sama seperti skinny jeans, jogger pants, high heels, atau gincu merah merona, atau apalah yang sedang menjadi tren, kalau mereka ternyata cocok buatmu dan kamu nggak terlalu risih memakainya, itu bagus. Tapi kalau ternyata malah membuatmu semakin nggak nyaman. Tak mengapa kok, tingkat kekerenan tidak berpengaruh dengan kadar kebahagiaan. Nah, buat saya, buku puisi termasuk ke kategori yang terakhir. Ribet ya penjelasan saya? Semoga ngerti garis besarnya deh. Hahaha. Seorang teman (yang penggemar puisi) bahkan pernah menertawakan saya ketika saya bilang kalau niat saya beli dan baca Hujan Bulan Juni adalah untuk pamer di medsos. *maafkan saya Pak Sapardi x(*
“Di bawah langit yang sama, ada dua dunia berbeda.
Jarak yang membentang di antaranya menciptakan
bahasa baru untuk kita. Tiap kata yang kau ucapkan
selalu berarti kapan. Tiap kata yang aku kecupkan
melulu berarti akan.” – Bahasa Baru

Melihat Api Bekerja



Judul                : Melihat Api Bekerja, Kumpulan Puisi
Penulis             : M. Aan Mansyur
Halaman          : 155 Halaman
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
ISBN               : 978-602-03-1557-7
 
Melihat Api Bekerja, merupakan buku puisi sekaligus buku rupa. Secara konsep buku tersebut merupakan paduan dari himpunan puisi M. Aan Mansyur sekaligus buku rupa (semacam menghadirkan pameran langsung ke hadapan penikmat seni ripa) Muhammad Taufiq (Emte). Meski puisi serta rupa dalam buku tersebut saling berkaitan, secara ide, karena dikonsep berbarengan, penyair dan perupa saling berinteraksi menghadirkan teks tertulis dan teks visual. Namun puisi dan rupa di dalamnya secara tidak langsung turut berdiri-sendiriir dengan kemadiriannya. Masing-masing hadir sebagai kekuatan masing-masing. Ulasan berikut barulah menyentuh bagian kecil dari buku tersebut, sebuah ruang dalam puisi M. Aan Mansyur namun belum menyentuh bagian dari lukisan Emte.